dot dot
sangat tidak megenakkan menyadari bahwa diriku yang sekarang sama sekali tidak membanggakan. Rasanya apa yang kulakukan hanya menyenangkan orang tuaku, dan orang2 yang menyepelekan keluargaku. Dapat beasiswa, ipk tinggi, lulus tepat waktu,jurusan bergengsi. hmm terdengar begitu menakjubkan bukan? Bodoh ya , bahkan memikirkannya saja aku sudah cengar cengir.
Menghabiskan 3,5 tahun hidupku, memprioritaskan hampir seluruh waktuku, untuk sekedar membuktikan bahwa aku 'tidak seremeh itu'. Setelah semua itu aku dapat, ternyata orang orang itu masih saja mencari cari celah dari diriku
'habis lulus gak nganggur kan? percuma dong kuliah ngebut ujung ujungnya nganggur' wahh, memang tuntutan orang lain ga ada habisnya ya. Baru sadar, ternyata lulus ceper, dapet beasiswa, ipk tinggi , gak bakal bikin orang lain berhenti meremehkan. Seandainya gak terlalu peduli omongan orang, mungkin aku bisa saja menghabiskan waktu untuk menggali potensiku. Sepertinya gapapa juga kalo kuliahku dulu kunikmati, gak sengebut ini, mungkn banyak hal yang aku suka bisa kutekuni. Tapi, yasudahlah, mengandai andai emang gapernah bagus. Waktu emang gamungkin bisa diulang. Penyesalan harus bisa dijadikan pelajaran
Paling tidk selama kuliah ini ada beberapa hal yang bisa dipelajari; Kemiskinan iu gak jadi batasan untuk bisa sukses, yahh walaupun kalau kaya sukses jadi lebih mudah berkali kali lipat untuk didapat kalau mau berusaha. Aku bisa bicara begini karena, aku tau beberapa teman se-sma ku bekerja mati matian untuk melakukan sesuatu. Contohnya, 6 bulan sebelum magang pasti udah pada nyari kerjaan nge-privat atau jualan
Cinta itu bukan untuk dilihat tapi untuk dirasakan
Cinta ?
Cinta
Kata yang tak dapat terdefinisi oleh aksara
Berdetak kuasai jantung
Berdenyut aliri nadi
Membalut tutupi indera
Melayang menuju angan angan
Alasan bahagia
Alasan menangis
Alasan aku ada disini
Ahh
Kali ini aku menunggumu lagi. Sudah setengah jam aku disini
Semangkuk sup itu sudah lama tersaji. Kehangatannya lama lama hilang, tapi belum sesuap pun kucicipi.
Kutatap ponselku beberapa kali. Tak ada pesan darimu sama sekali.
Kamu akhirnya datang setelah sup itu tak layak makan lagi. Belum usai aku menggerutu kau melntarkan alasan lagi.
Sekarang kamu pergi. Aku hanya bisa melihat punggungmu dari sini.
(?)
Benarkah semakin besar rasa itu tumbuh
Semakin besar pula kebahagiaan iti tumbuh
?
Tapi mengapa semakin besar rasa itu tumbuh
Semakin besar bula dada ini tersayat
?
Semakin lama diri ini menunggu
Semakin cepat pula kau menggalkanku
.
Bahkan semakin ku memanggilmu dengan kata kata sayangku
Semakin teriakan teriakan itu lalu lalang di telingaku
.
Benar adakah aku dihatimu
Atau hanya ada aku sendiri yang mencintai (?)
P desease
aku mendengar tetesan hujan diluar sana
hati ini serasa hujan sama derasnya
seperti menumpang kereta yang sudah jelas tujuannya
aku benar benar merasa diriku berakhir seperti apa
kupandang, kuhayati dalam dalam
kujelajahi beribu kali
hasilnya sama
semua orang berkata kemungkinan itu ada
entah itu petinju, pembunuh berantai pemuka agama maupun dia yang sedang tertidur lelap
aku selalu merasa kehidupanku bermuara di samudera itu
jadi kamu ya
jemariku menari di sela hujan yang terus merintik jatuh
terlalu petang baru kusadari
sia sia rentetan hal yang kulakoni sejauh ini
aku masih begini.
dada ini masih kosong sejak terakhir kamu melangkah pergi
kepala ini penuh dengan bayang bayang yang semakin membuaku muak
tak sadarkah kamu wahai pujangga
yang kini turun tahta dan tak lagi dikehendaki para pengawalnya
tapi aku di sini masih membawa dirimu dalam heningku
oohh begitu ya.. aku sekarang tau
alasan kegonjang ganjingan jiwaku selama ini
kamu
kamu
kamu
nama yang selalu ku sebut dalam doa doaak