Berawal dari Kecurigaan
Sengatan matahari yang terik membuat keringatku semakin mengucur deras, sudah sesiang ini belum ada juga angkot yang lewat. Akupun memutuskan untuk berteduh di bangku depan toko kelontong.
“Ada bolpen gak? Boleh pinjem?” kata seorang pria seumuranku sambil menepuk pundakku.
Akupun kaget setengah mati dengan tepukan pundak orang itu. Pikiranku pun melayang jauh memikirkan hal yang tidak – tidak seperti modus pencurian, sampai hipnotis yang dilakukan di tempat tempat umum seperti ini. Akupun dengan tergesa mengambil bolpenku hingga seisi tasku jatuh berserakan di lantai. Dengan fikiran gelisah aku mengambil barang barang di bawah dan segera memasukkannya ke dalam tas.
Angkot yang sudah ku tunggu tunggu pun datang. Aku segera memasuki angkot itu dan memilih tempat duduk ternyaman. Sejenak aku bisa lega dan menghirup oksigen sebanyak banyaknya. Namun perasaan lega yang kurasakan lenyap begitu melihat laki laki misterius yang menepuk pundakku tadi duduk tepat di sebelahku . Ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Tapi senyum itu justru malah membuatku berfikir lelaki itu akan melakukan tindak kejahatan kepadaku.
“Mbak ongkosnya mbak” kata kernet angkot sampil menghitung lembaran lembaran rupiah di genggamannya.
Dangan santainya aku merogoh rogoh isi tasku . Tapi aku belum juga menemukan dompet yang jelas jelas sudah kemasukkan ke dalam tas tadi pagi. Raut wajah sumringahku berubah menjadi pucat lengkap dengan keringat yang mengucur deras. Wajahku yang kebingungan semakin terlihat jelas hingga pandangan seluruh penumpang tertuju padaku, begitu juga lelaki misterius itu.
“Kehilangan apa mbak?” Tanya lelaki misterius itu. Dari pertanyaan lelaki itu aku langsung menyimpulkan kalau dialah pelaku dibalik insiden menghilangnya dompetku ini. Tapi karena aku terlalu takut, aku tidak berani memaki - maki lelaki itu dan menuduh sembarangan (walau sebenarnya aku sangat ingin melakukan itu)
“ini - itu - dompetnya - anu” jawabku gemeteran dengan tergagap – gagap
“Oh.. dompetnya” jawab lelaki misterius itu mengangguk dilengakapi senyum tipis. Lelaki itu lalu menyodorkan lembaran uang ribuan kepada kernet angkot.
“Makasih lho bolpennya tadi. Niatnya sih mau aku kembaliin, tapi kamunya keburu pergi.” Kata lelaki misterius itu memulai basa basi. Aku yang kelewat benci dan takut kepada lelaki misterius itu tak menjawab apa – apa.
‘sok asik banget’ kataku dalam hati ketus.
Lelaki itu menatpku sambil senyum – senyum gak jelas. Melihat tatapannya itu aku jadi semakin benci. Saking bencinya aku memalingkan muka dengan gaya angkuh luar biasa.
“Kamu itu kenapa sih keliatan benci gitu sama aku. Aku bukan orang jahat kok. Namaku Muhammad zuhair, anak sma bina angkasa.” Ucap Muhammad zuhair itu santai.
“Hah ? Kamu anak binsa? Jangan – jangan Cuma ngaku – ngaku. Aku juga sekolah disana, tapi kok gak pernah liat kamu ya? “ jawabku ketus. Akupun menatapnya dengan sinis dan menjauh dari tempat duduknya.
‘Enak aja, maling ngaku jadi anak binsa.’ Ucapku dalam hati kesal
“Eh, beneran kok aku anak binsa. Aku disekolah biasa dipanggil zuu, kalo anak basket pada manggil ai. Kalo gak percaya besok kamu ke kelasku deh di xi ipa6.”kata lelaki misterius yang ngakunya bernama zuu itu dengan nada lembut seakan meyakinkan aku. Tapi, aku gak segampang itu percaya dengan laki laki yang kemungkinan besar pelaku pencurian dompetku.
Belum sempat aku membalas perkataan laki laki itu, angkot yang aku naiki sudah sampai di gang belokan rumahku. Terpaksa aku turun walau sebenernya masih sangat pengen ngebentak laki laki yang ngaku jadi kakak tingkat itu tadi.
Sampai rumah ada dua anak kecil di depan rumahku. Ternyata mereka menemukan dompetku dipinggir jalan. Aku lalu mengucapkan terimakasih dan memberi mereka uang untuk jajan. Aku jadi menyadari bahwa zuu bukanlah pelaku pencurian dompetku. Mungkin saja tadi dompetku jatuh pada saat mengambil bolpen. Aku sangat menyesal menyalah artikan kebaikan dan keramahannya tadi.
****
Aku dan teman sekelasku menelurusi jajaran kelas kelas xi. Aku memang belum mengerti betul letak kelas kelas xi dan xii karena aku baru 1 semester berada di sma bina angkasa ini. Setelah lama clingak - clinguk kesana - kemari akhirnya aku dan temanku menemukan kelas xi ipa 6. Dengan rasa gugup, malu dan takut aku memberanikan diri masuk ke kelas itu sedangkan temanku menunggu diluar.
“Kak, disini ada yang namanya kak Muhammad zuhair gak ya?” tanyaku pada kakak - kakak yang lagi sibuk ngerumpi di dekat pintu.
“Ada. Bentar aku panggilin ya” jawab kakak itu lalu langsung berbalik “Zuuu! Dicariin adek kelas tuh”
Tak lama kemuadian aku melihat laki laki yang kutemui kemarin. Tapi, laki laki itu terlihat lebih rapi dan bersih.Aku terus menatapnya dengan rasa malu dan bersalah. Tapi semakin aku mentapnya, ia juga berbalik menatapku disertai dengan senyum tulus. senyumnya manis, sangat menyejukkan.
“Eh kamu yang kemaren di angkot kan?”sapa laki laki bernama zuu itu sembari menghampiriku.
“Hehe iya, maaf ya kak kemaren aku nyangka yang enggak enggak”jawabku kebingungan
“dimaafin kok. Lain kali jangan prasangka buruk dulu dong sama orang “ nada suara zu sudah lebih cepat hingga menimbulkan kesan asik dan ramah.
“iyadeh. Makasih yaa kak” jawabku dengan senyum lebar. Akhirnya aku bisa bernapas dengan lega ,
***
Sore ini, cuaca terlihat tidak bersahabat. Langit terlihat sangat gelap dan siap menurunkan titik-titik air hujan. Dan benar saja, tak lama hujan pun turun dengan sangat deras disertai angin yang cukup kencang. SMA Bina Angkasa terlihat sudah lengang. Koridor pun tampak sangat suram karena hujan yang membuat langit menjadi gelap.
Tiba-tiba terdengar suara mendekat. “Hey kamu ngapain sendirian disini? Mikirin aku ya?” kak zuu manghampiriku dan duduk di sampingku.
“Ih kepedean ! gak papa cuma baru kecewa aja sama nilai matematika” jawabku manyun.
“ Emang nilai matematika kamu berapa? Udah udah jangan sedih. Ngomong ngomong nama kamu siapa dek? “
“Shanum Kinara, panggil aja kinar. Kalau soal ulangan, lupain aja deh” jawabku tersenyum tipis padanya. Kak zuu membalasnya dengan senyum yang sama.
“Sini aku tunjukin sesuatu" Kata Kak Zuu lalu menarik tanganku.Aku melihat pelangi yang begitu jelas dan indah.
"Selepas hujan,sepulang sekolah, aku selalu mampir kesini dek. Gimana bagus kan?" Kata Kak Zuu sambil menunjuk ke arah pelangi.
"Aku gak pernah tau kalau disini bisa liat pelangi" kataku.
"Itu semua karena kamu gak mau cari tahu " Kata Kak Zuu sambil tertawa.
Semenjak saat itu kita mulai dekat. Kita jadi kerap saling menyapa ketika berpapasan di sekolah, dan juga pulang sekolah bersama mengingat rumah kita yang searah. Kak Zuu adalah orang yang ramah. Aku tahu sejak saat itu aku mulai menyukainya,tapi aku takut jika aku mengatakannya, Kak Zuu akan menjauhiku.
. ***
“Hey dek kinar! Sini “ Kak zuu memanggilku cukup keras. Akupun langsung menghampirinya .Tapi , dia malah menarikku ke arah taman. Kita akhirnya duduk bersama dengan suasana yang canggung, tidak seperti biasanya.
“emm …Kinar aku mau ngomong serius sama kamu” katanya gugup
“Ngomong apa Kak? Ngomong aja kalii” jawabku dengan senyum canggung. Entah mengapa Kak Zuu hanya tertunduk untuk waktu yang cukup lama/
“Kinar, dengerin aku baik – baik ya” katanya singkat.
“oke , baik” jawabku lirih. Sebenarnya aku sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan Kak Zuu.
Kak Zuu menatapku dan aku membalas tatapan itu. Kini mataku dan mata Kak Zuu saling menatap. Entah apa yang Kak Zuu pikirkan saat menatapku seperti ini . Rasanya dia tak ingin melepasnya.. Dan aku merasa dialah yang mengisyaratkan mataku untuk tetap tertuju padanya agar kedua mata kita saling beradu.
Tiba - tiba Kak zuu mengalihkan pandangannya. Aku yang penasaran ingin sekali bertanya, apa yang akan dia katakan kepadaku?
“Kinar, sebenarnya aku sayang sama kamu.Sejak kita pertama ketemu.” itulah kata – kata yang keluar dari mulutnya yang sedari tadi melawan gugup.
Aku terdiam sejenak. Jantungku berdetak kencang luar biasa. Aku merasa sangat bahagia karena Kak zuu ternyata punya rasa yang sama denganku
“Gimana sama persaanmu ke aku ?” tanya Kak Zuu kepadaku.
“Perasaan kita sama, Kak. Aku juga sayang sama kamu.” Jawabku dengan senyum yang mengembang. Kak zuu menunjukkan senyum yang serupa.